psikologis pendidikan anak dalam keluarga

Psikologis Pendidikan Anak dalam Keluarga

Ternyata kehadiran anak pasangan suami istri akan berpikir ulang dalam mengambil keputusan berpisah atau bercerai. Tugas utama dan tujuan utama berumahtangga merawat, menjaga, mendidik hingga membesarkan anak sampai dewasa. Andaikata pasangan suami istri itu jadi juga bercerai anak akan menjadi jembatan silaturahmi pasangan suami istri untuk tetap bertemu. Fakta yang ada secara psikologis sangat mudah pasangan suami istri berpisah atau bercerai apa bila tidak ada anak hadir dalam rumahtangga itu. Acapkali perceraian bisa terjadi karena pasangan suami istri tidak memiliki anak. Beda dengan penyebab lainnya seperti kehadiran orang ketiga atau penyebab ekonomi rumahtangga. Kehadiran anak juga bisa menjadi motivasi bagi suami untuk giat bekerja mencari penghidupan yang lebih baik. Pasangan suami istri akan bekerja lebih baik untuk masa depan rumahtangganya apa bila ada anak dalam keluarga itu. Adanya anak akan menjadi dorongan moral dan motivasi bagi pasangan suami istri meningkatkan taraf ekonomi kehidupan keluarga lebih baik.

Problem Kenakalan Anak

Para orangtua selalu mengeluh karena anaknya nakal. Bukan saja mengeluh tetapi bingung menghadapinya. Anak sekolah kini banyak yang tauran. Anak sekolah banyak yang suka bolos saat jam pelajaran berlangsung di sekolah. Banyak anak sekolah yang membantah perintah gurunya dan banyak anak yang mengabaikan nasihat orangtuanya. Fenomena perilaku anak perlu di analisis secara cermat, teruji dan dapat di pertanggungjawabkan hasilnya bahwa pendekatan analisis hasilnya mendekati akurat. Dua tahun lalu penulis mengikuti Workshop membahas tentang “Cognitive Behavioral Approach” di Medan dengan pemberi materi Dra. Evi Andriani Yusuf, M.Si, Psikolog, Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si, Psikolog dan Josseta M.R. Tuapattinaja, M.Si, Psikolog.

Workshop membahas perkembangan anak untuk melahirkan generasi yang tangguh.

Benar Havighurst (1961) mengatakan, “A development task is a task which arises at or about a certain period in the of the individual, seccessful achievement of which leads to his Sosialisasi happiness in the individual, disaproval by society, and difficulty with later task” Artinya “bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil di tuntaskan akan membawa kebahagiaan dan sosialisasi kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya”

Secara umum segala sesuatu itu harus di persiapkan dengan baik, sedangkan sudah di persiapkan dengan baik belum tentu hasilnya baik, bagaimana pula jika tidak di persiapkan dengan baik maka hasilnya sudah dapat di pastikan akan sulit untuk baik. Kini, berbagai fenomena muncul di masyarakat, tingkah laku, perilaku dari berbagai lapisan masyarakat, khususnya pada anak.  Problem sosial sesungguhnya adalah problem psikologis harus mendapat perhatian semua pihak. Sederhananya problem psikologis dapat di lihat dalam penyelesaian tugas perkembangan yang terbawa kepada fase perkembangan selanjutnya. Contohnya, apabila seorang anak sudah menampakkan Externalizing Behaiors dan internalizing behaviors, sebaiknya orang tua maupun guru mencari penyebab perilaku anak dan mencarikan solusi terhadap perilaku yang masuk menjadi problem psikologis. Kuncinya Ada Pada Keluarga.

[instagram-feed]